Makna dan Implementasi Ihsan
Term ihsan berasal dari huruf alif, ha, sin dan nun . Di dalam Al Quran, kata ihsan bersama dengan berbagai derivasi dan kata jadiannya disebutkan secara berulang-ulang. Penyebutan tersebut terdapat sebanyak 108 kali yang tersebar dalam 101 ayat dan pada 36 Surat. Derivasi ihsan berupa fi’il mâdhi, ahsana disebut dalam Al Quran sebanyak 9 (sembilan) kali pada 9 (sembilan) ayat dan 8 (delapan) surat. Sedangkan kata ahsantum diulang sebanyak 2 (dua) kali pada 1 (satu) ayat dan 1 (satu) Surat. Sementara ahsanû tercantum 6 (enam) kali pada 6 (enam) ayat dan 6 (enam) Surat. Perbedaan ungkapan tersebut terletak pada fâ’il-nya (subjek) yang secara umum terdiri dari Allah dan manusia, baik berupa isim zhâhir maupun isim dhamîr.
Sebagai seorang Insan yang beriman, maka hendak lah segala perilaku mencerminkan seorang yang tunduk patuh dan takut kepada Allah SWT, dimana pun berada, sendiri atau pun ramai. Dalam mengimplementasikan perilaku seorang yang beriman, maka setiap muslim haruslah yakin dan percaya bahwasannya Allah senantiasa Melihat dan Mengawasi segala gerak-gerik perbuatan kita, walaupun seluruh manusia tidak melihatnya dan anda yakin tidak ada yang mengetahui apa yang anda lakukan, tapi dia atas itu semua percayalah bahwa penglihatan Allah amat tajam dan tepat. Berhati-hati lah dimanapun anda berada, dengan keyakinan bahwa Allah melihat kita, maka tidak sulit bagi kita untuk meninggalkan segala perbuatan maksiat, dan konsekuensi nya kita akan mudah mengimplementasikan perilaku seorang mukmin yang di kehendaki Allah
Bila Nilai-nilai Ihsan kita pahami dengan baik, maka akan memberikan pengaruh untuk diri kita dan masyarakat di sekitar, kehidupan akan semakin tentram, takut untuk berbuat jahat, senantiasa membantu orang lain dan berbuat kebaikan dimana pun berada. Namun supaya makna dan Nilai-nilai Ihsan dapat di mengerti, cobalah kita menyimak sabda Nabi mengenai Ihsan, sebagaimana lanjutan dari hadist sebelumnya tentang Iman dan Islam.
“Wahai Muhammad apakah itu Ihsan”, tanya Jibril yang
menyerupai seorang laki-laki asing.
Rosulullah menjawab “Ihsan adalah engkau Beribadah kepada Allah seakan-akan
engkau melihat-Nya, Dan apabila engkau merasa tidak melihat-Nya, percayalah
bahwa Dia melihatmu”.
“Engkau Benar”, jawab Jibril.
Kualitas Ihsan
Kualitas ihsan mempunyai dua makna dan memberi dua pesan. Pertama,
ihsan berarti “yang terbaik” dari yang dapat dilakukan. Dengan makna
ini, maka pengertian ihsan sama dengan itqan. Pesan yang dikandungnya adalah agar setiap muslim mempunyai komitmen terhadap
dirinya untuk berbuat yang terbaik dalam segala hal yang ia kerjakan
Kedua, ihsan mempunyai makna “lebih baik” dari prestasi atau
kualitas pekerjaan sebelumnya. Makna ini memberi pesan peningkatan yang terus
menerus, seiring dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman, waktu dan sumber
daya lainnya. Adalah suatu kerugian jika prestasi kerja hari ini menurun dari
kemarin. Keharusan berbuat yang lebih baik juga berlaku ketika seorang muslim
membalas jasa atau kebaikan orang lain. Bahkan idealnya ia tetap berbuat yang
lebih baik ketika membalas keburukan orang lain. Simaklah firman Allah SWT, “dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fussilat 41:34).
Semangat kerja yang ihsan ini akan anda miliki manakala anda
bekerja dengan semangat ibadah, dan dengan kesadaran bahwa dirinya dilihat oleh
Allah SWT, sebagaimana Firman-Nya, ”Kapal yang berlayar di lautan dengan
kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai, dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar
(dalam orbitnya), dan telah menundukkan bagimu siang dan malam.” (QS.
Ibrahim 14:32-33).
Tinggal peran manusia sendiri dalam memobilisasi serta mendayagunakan secara optimal apa yang telah disediakan Allah tadi. Karena itu, setelah manusia bekerja secara optimal (mujahadah), maka hasil akhirnya hendaklah ia serahkan sepenuhnya kepada keputusan Allah SWT. Inilah yang kemudian dalam Islam dikenal dengan konsep tawakal.
Daftar Pustaka
- Muhammad Fuad Abd al-Bâqî, Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Qur’an, (Darul Fikr, 1981), hlm. 202-205
- Ahmad Zacky El-Syafa, Amalan Sunah Pilihan Percepatan Rezeki, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013), hlm. 143
Note : Tulisan di atas ada dalam buku saya yang berjudul "Islam Solusi Bagi Kemanusiaan" masih berbentuk draft dan belum resmi terbit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar