Minggu, 11 September 2022

Mengetahui Makna Ihsan beserta Kualitas & Implementasinya


 
Makna dan Implementasi Ihsan


Term ihsan berasal dari huruf alif, ha, sin dan nun . Di dalam Al Quran, kata ihsan bersama dengan berbagai derivasi dan kata jadiannya disebutkan secara berulang-ulang. Penyebutan tersebut terdapat sebanyak 108 kali yang tersebar dalam 101 ayat dan pada 36 Surat. Derivasi ihsan berupa fi’il mâdhi, ahsana disebut dalam Al Quran sebanyak 9 (sembilan) kali pada 9 (sembilan) ayat dan 8 (delapan) surat. Sedangkan kata ahsantum diulang sebanyak 2 (dua) kali pada 1 (satu) ayat dan 1 (satu) Surat. Sementara ahsanû tercantum 6 (enam) kali pada 6 (enam) ayat dan 6 (enam) Surat. Perbedaan ungkapan tersebut terletak pada fâ’il-nya (subjek) yang secara umum terdiri dari Allah dan manusia, baik berupa isim zhâhir maupun isim dhamîr.

Sebagai seorang Insan yang beriman, maka hendak lah segala perilaku mencerminkan seorang yang tunduk patuh dan takut kepada Allah SWT, dimana pun berada, sendiri atau pun ramai. Dalam mengimplementasikan perilaku seorang yang beriman, maka setiap muslim haruslah yakin dan percaya bahwasannya Allah senantiasa Melihat dan Mengawasi segala gerak-gerik perbuatan kita, walaupun seluruh manusia tidak melihatnya dan anda yakin tidak ada yang mengetahui apa yang anda lakukan, tapi dia atas itu semua percayalah bahwa penglihatan Allah amat tajam dan tepat. Berhati-hati lah dimanapun anda berada, dengan keyakinan bahwa Allah melihat kita, maka tidak sulit bagi kita untuk meninggalkan segala perbuatan maksiat, dan konsekuensi nya kita akan mudah mengimplementasikan perilaku seorang mukmin yang di kehendaki Allah

Bila Nilai-nilai Ihsan kita pahami dengan baik, maka akan memberikan pengaruh untuk diri kita dan masyarakat di sekitar, kehidupan akan semakin tentram, takut untuk berbuat jahat, senantiasa membantu orang lain dan berbuat kebaikan dimana pun berada. Namun supaya makna dan Nilai-nilai Ihsan dapat di mengerti, cobalah kita menyimak sabda Nabi mengenai Ihsan, sebagaimana lanjutan dari hadist sebelumnya tentang Iman dan Islam.

Wahai Muhammad apakah itu Ihsan”, tanya Jibril yang menyerupai seorang laki-laki asing.

Rosulullah menjawab “Ihsan adalah engkau Beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, Dan apabila engkau merasa tidak melihat-Nya, percayalah bahwa Dia melihatmu”.

Engkau Benar”, jawab Jibril.

   


 Kualitas Ihsan


Kualitas ihsan mempunyai dua makna dan memberi dua pesan. Pertama, ihsan berarti “yang terbaik” dari yang dapat dilakukan. Dengan makna ini, maka pengertian ihsan sama dengan itqan. Pesan yang dikandungnya adalah agar setiap muslim mempunyai komitmen terhadap dirinya untuk berbuat yang terbaik dalam segala hal yang ia kerjakan

Kedua, ihsan mempunyai makna “lebih baik” dari prestasi atau kualitas pekerjaan sebelumnya. Makna ini memberi pesan peningkatan yang terus menerus, seiring dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman, waktu dan sumber daya lainnya. Adalah suatu kerugian jika prestasi kerja hari ini menurun dari kemarin. Keharusan berbuat yang lebih baik juga berlaku ketika seorang muslim membalas jasa atau kebaikan orang lain. Bahkan idealnya ia tetap berbuat yang lebih baik ketika membalas keburukan orang lain. Simaklah firman Allah SWT, “dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.” (QS. Fussilat 41:34).

Semangat kerja yang ihsan ini akan anda miliki manakala anda bekerja dengan semangat ibadah, dan dengan kesadaran bahwa dirinya dilihat oleh Allah SWT, sebagaimana Firman-Nya, ”Kapal yang berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya), dan telah menundukkan bagimu siang dan malam.” (QS. Ibrahim 14:32-33).

Tinggal peran manusia sendiri dalam memobilisasi serta mendayagunakan secara optimal apa yang telah disediakan Allah tadi. Karena itu, setelah manusia bekerja secara optimal (mujahadah), maka hasil akhirnya hendaklah ia serahkan sepenuhnya kepada keputusan Allah SWT. Inilah yang kemudian dalam Islam dikenal dengan konsep tawakal.


Daftar Pustaka

    1. Muhammad Fuad Abd al-Bâqî, Mu’jam al-Mufahras li Alfâzh al-Quran, (Darul Fikr, 1981), hlm. 202-205
    2. Ahmad Zacky El-Syafa, Amalan Sunah Pilihan Percepatan Rezeki, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013),             hlm. 143


Note : Tulisan di atas ada dalam buku saya yang berjudul "Islam Solusi Bagi Kemanusiaan" masih berbentuk draft dan belum resmi terbit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar