Sabtu, 01 Oktober 2022

Mengetahu Sejarah dan Jejak-jejak Perang Salib

 Jejak-Jejak Perang Salib


Perang Salib di awali ketika Paus Urbanus II memenuhi permintaan Kaisar Comnenus berpidato untuk menyerang umat Islam tanggal 26 Dzulqa’idah 488H/26 November 1095 M, di Clermont, Prancis. Paus Urbanus sangat termotivasi untuk melancarkan serangan kepada kaum Muslimin di Timur karena motivasi ingin menyatukan Keuskupan Agung di Barat dengan kepemimpinan Gereja tertinggi Orthodox Timur, Secara kronologis, Perang Salib melewati tujuh fase sebagai berikut:

1.             Tahun 1050 M, di Sisilia, orang-orang Islam di usir dari daerah ini dan tak berapa lama tepatnya tahun 1063 M, Tentara Salib Prancis dan Spanyol sepakat untuk merebut kembali daerah-daerah kekuasaan Islam. Tentara Salib berhasil menguasai daerah Antiokhia, kemudian meneruskan perjalanan ke Yerussalem dan menguasainya setelah mengepung daerah ini sekian lama. Tahun 1099-1187 kaum salib mendirikan kerajaan Kristen di Yerussalem yang wilayah kekuasaannya meliputi Antiokhia, Edessa dan Tripoli. Secara Pemerintahan daerah ini I dibawah Kekuasaan Konstantinopel, namun Gereja nya di bawah kekuasaan Paus di Roma, Kekalahan kaum Muslimin pada perang kali ini lebih disebabkan oleh kelemahan umat Islam akibat wafatnya pemimpin Turki Saljuk yang bernama Malik Syah.

2.             Berlangsung dari Tahun (1147-1149 M) pada periode ini kemenangan ada di tangan kaum Muslimin setelah Nuruddin Zanki yang menggantikan ayahnya menjadi pemimpin Turki Saljuk. Ia mampu memadamkan Propaganda perang Salib yang di laksanakan oleh Bernard Calirvux. Pemimpin Tentara Salib kala itu adalah Raja Louis VII dari Prancis dan Kaisar Konrad dari Jerman.

3.             Berlangsung dari tahun (1189-1192 M), berawal dari kekalahan Tentara Salib di Tiberias oleh Sultan Saladdin, dalam Perang Salib ini kaum Salibis di pimpin oleh Kaisar Friedrich III dari Jerman dan Barbarossa, Raja Richard dari Inggris. Raja Richard berhasil menguasai daerah Pesisir dan merebut Kota Akko kemudian mengikat Perjanjian dengan Sultan Saladdin yang berisi kebebasan peziarah untuk berkunjung ke Yerussalem.

4.             Pada tahun (1202-1204 M) berawal dari keinginan Paus Innocentius untuk menguasai Mesir dengan mengirim Tentara ke Eropa Barat, namun pada kenyataannya tentara tersebut tidak pernah tiba di Mesir, malah Tentara tersebut menduduki Venesia dan Konstantinopel serta memaksa mereka untuk tunduk pada Gereja Roma.

5.             Tahun (1218-1221 M) Pasca wafatnya Paus Innocentius III penerusnya Honorius melanjutkan usaha untuk menguasai Mesir dan membuahkan hasil dengan menduduki kota Damietta sebuah daerah pantai di Mesir pada tahun 1221 M.

6.             Tahun (1248-1245 M), tahun 1244 Yerussalem kembali di duduki oleh tentara Islam akibat dari perbuatan ini, Raja Louis IX dari Prancis melakukan Perang Salib dan menyerang Mesir, namun tak membuahkan hasil bahkan ia sendiri tertawan oleh tentara Islam dan dapat bebas setelah di tebus dengan bayaran yang sangat mahal hingga kemudian ia kembali ke Prancis.

7.             Berlangsung pada tahun (1270 M), Sultan Bybars keturunan bangsa Mameluk dari Mesir berhasil mengakhiri perang ini secara gemilang dengan menguasai seluruh kekuatan dan kekuasaan tentara Salib secara berturut-turut menguasai kota Jaffa dan Antiokhia pada tahun 1286 M, Tripoli dan Lebanon tahun 1289 M, Kota Akko sebagai kota terpenting kaum Salib juga di rebut pada tahun 1291, sejak itulah kekuatan tetara salib tidak ada lagi sekaligus mengakhiri Perang Salib yang terjadi selama 7 periode.

Perang Salib berakhir pada Jumadil Awwal 6 Mei 1291. Meskipun tampaknya Perang berlangsung lama, namun perlu di catat bahwa durasi waktu damai ternyata lebih panjang dari waktu perang sehingga hal ini menciptakan persahabatan di antara dua pihak. Sayangnya interaksi tersebut lebih banyak menguntungkan Barat yang meliputi aspek seni, perdagangan, industri dan keilmuan. Selain itu meski Perang Salib telah selesai pengaruh buruk dan pencitraan buruk kaum Muslimin oleh Kristen terus berlangsung, di antara bentuk pencitraan buruk adalah penyajian kaum Muslimin dan Nabi Muhammad Saw sebagai penentang ajaran Nabi Isa as. Selanjutnya Agama Islam di identikan sebagai Agama Pedang yang disebarluaskan oleh kekerasan. Dalam pandangan William Montgomery Watt, distorsi penggambaran Islam sebagai Agama Pedang tidak berhenti bahkan terus menerus terjadi hingga kurun waktu abad ke XIX.

Meski kalah dalam Perang Salib kaum Kristen Barat banyak mengambil manfaat dari perseteruan ini. Mereka (Kaum Kristen Barat) tidak akan mengenal Peradaban Modern yang mereka alami sekarang jika tidak terlibat dalam Perang Salib, mereka membawa pulang Ilmu-ilmu tentang pendirian Rumah sakit, Ilmu Kedokteran modern, tempat mandi umum, buku-buku Astronomi, Geometri, Sastra, peralatan Navigasi dan berbagai pengetahuan lainnya yang menopang Peradaban modern mereka. Proses peralihan Ilmu di antaranya di perlihatkan oleh penerjemah bernama Adeland dari Bath yang mengunjungi Antiokia dan Tarsus pada awal abad 6 H/12 M. Sekitar seabad berikutnya Leonardo Fibonacci juga mengunjungi Mesir dan Suriah. Disamping itu pada periode inilah bangsa Barat mengenal Kincir Air yang di kembangkan oleh Qaysar ibn Musafir Ta’asif dan peralatan Kompas untuk pelayaran. Proses ini kemudian melahirkan pencerahan Ilmu Renaissance dalam bentuk penerjemahan kembali buku-buku berbahasa Arab ke dalam Bahasa Latin.

Dua orang di antara Sejarawan Barat tidak akan berbeda pendapat tentang pengaruh Perang Salib terhadap kebangkitan Eropa atau Renaissance. Selain itu mereka tidak berbeda paham tentang pengaruh interaksi kaum Salib dengan umat Islam secara langsung terhadap aliran-aliran pemikiran yang mulai muncul di Eropa ketika kaum Salib kembali ke negara mereka.

Sejarawan Barat yang sadar tidak akan menyanggah bahwa Eropa dulu dan sekarang memandang kekayaan Timur dengan mata serakah dan dengki sehingga mendominasi hubungan Timur-Barat selama berabad-abad, sehingga puncaknya ialah pecahnya Perang Salib dan sebab pertama yang mendorong Eropa tenggelam dalam perdagangan Budak dan Opium. Hal itu mulai terjadi ketika bangsa Portugal pada abad 15 M/10 H) memperdagangkan budak hitam untuk di pekerjakan di negara-negara jajahannya (di benua Amerika), lalu diikuti oleh bangsa Spanyol.

Sejak permulaan abad 15 M/10 H, perdagangan budak telah menjadi Komoditas yang menguntungkan bagi Raja-raja Eropa, terutama bagi Elizabeth I, Ratu Inggris yang merupakan penggerak pertama bagi pembentukan Kompeni Hindia Timur pada tahun 1600 M (1009 H). Serikat dagang Inggris yang resmi itu mengirim Candu ke Cina dari hasil perkebunan yang luas di Benggala. Ketika Pemerintah Cina turun dan mencegah masuknya Candu, Inggris Raya campur tangan dan menyulut api peperangan yang terkenal dalam sejarah sebagai Perang Candu.

Barang kali gambaran paling tepat bagi keserakahan Eropa adalah gambaran Sejarawan Amerika, Dagobert Runes, yang berkata :

“Penjajah-penjajah pada abad ke- 15, 16 dan 17 yang menamakan diri sebagai pembawa berita gembira (penginjil) dan penjajah, sebenarnya adalah Perampok-perampok buas dan serakah yang menaikkan Salib pada haluan kapal serta tengkorak orang kulit berwarna di atas tiang kapal. Para penjajah abad ke- 18 dan 19 adalah para pemburu hamba sahaya dan negeri yang belum di kenal oleh mereka. Untuk yang datang setelah itu ambisinya adalah mengeruk kekayaan dan berlomba memperoleh pasaran baru, pertambangan baru dan perkebunan baru dengan cara-cara yang tidak berperikemanusiaan”.

Sejarawan itu pun mengungkapkan pendapatnya tentang perang salib:

“Perang Salib yang berlangsung selama 200 tahun hanya menghasilkan puing-puing kehancuran bagi Timur dan Barat sebagai akibat dari temuan mereka yang di kendalikan oleh keserakahan Ekspansi dan menjajah bangsa lain. Mereka memikul Salib di pundak mereka tetapi setan berada di hati mereka. Namun demikian mereka tidak mampu menjauhkan dan menghindarkan diri dari pengaruh kebudayaan Islam dan Bizantium. Dengan demikian Sinar Timur mulai memancar melalui celah dinding ke Eropa abad pertengahan yang gelap gulita. Apa yang di sebut Renaissance di Eropa adalah tak lebih dari penyuluhan kekayaan budaya Cordoba, Granda dan Toledo yang di alihkan ke Eropa yang semi biadab”.



Daftar Pustaka

Karen Amstrong, Perang Suci dari Perang salib hingga Perang Teluk, terj. Hikayat Darmawan, (Jakarta:Serambi, 2003), hlm 27.

Carol Hillenbrand, Perang salib sudut pandang Islam, terj. Hariadi , (Jakarta: Serambi, 2005), h. 35-35.

Ibid., hlm 36.

Karen Amstrong, Perang Suci dari Perang Salib  hingga Perang Teluk. hlm. 36.

Hitti, History, hlm. 811-813, 821, dan 840.William Montgomery Watt. Islam dan Peradaban Dunia, Pengaruh Islam atas Eropa abad pertengahan, (Bandung: Mizan, 2002), hlm 68-69.

Ismail al-Faruqi dan Lois Lamya, Atlas Budaya Islam, terj Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 2001), h. 28-299

Ibid., 842,847,854 dan 857.

Ibid, loc.cit.

Qassim Assamurai, Bukti-bukti kebohongan Orientalis, hlm 40-41.

Crosscut Through History, hlm. 111.

Ibid, hlm. 52, 75.